ABSTRAK
Epulis
fibromatosa adalah pembengkakan gingiva berasal dari iritasi lokal gingiva,
yang menimbulkan hiperplasia fibrous. Perawatan yang dapat dilakukan pada kasus epulis fibromatosa adalah eksisi dan gingivektomi. Laporan kasus ini bertujuan
untuk membahas tentang penatalaksanaan epulis fibromatosa pada seorang pasien wanita berusia 23 tahun yang mengalami pembengkakan gingiva pada gigi incisivus lateral, kaninus dan premolar pertama
kanan rahang bawahnya. Kunjungan pertama dilakukan initial therapy berupa scaling,
polishing dan Dental Health Education (DHE). Hasil kontrol satu minggu kemudian masih terdapat pembengkakan gingiva,
sehingga dilakukan corrective therapy yaitu gingivektomi. prosedur
gingivektomi antara lain anestesi infiltrasi dengan pehacain, melakukan eksisi,
irigasi area kerja dengan larutan saline, scaling dan kuretase, recountouring
gingiva, penutupan area pembedahan dengan periodontal pack dan medikasi. Spesimen yang sudah dieksisi dibawa
ke laboratorium untuk pemeriksaan histopatologis. Maintenance therapy
dilakukan satu minggu kemudian dengan mengontrol pasien paska gingivektomi.
Hasil pemeriksaan subyektif, pasien masih merasa sedikit nyeri. Hasil pemeriksaan
obyektif menunjukkan sudah tidak terdapat enlargement gingiva pada gigi
regio 42, 43 dan 44, masih terdapat penurunan margin gingiva dan warna
kemerahan pada area pasca gingivektomi. Lima bulan kemudian dilakukan kontrol
paska gingivektomi kembali. Hasil pemeriksaan subyektif menunjukkan pasien
tidak memiliki keluhan. Hasil pemeriksaan obyektif menunjukkan tidak ada
pembengkakan gingiva, tidak terdapat penurunan margin gingiva, gingiva berwarna
pink dan memiliki kontur stipling.
Kata
kunci: epulis fibromatosa, eksisi,
gingivektomi.
ABSTRACT
Fibromatous epulis is a kind of gingival enlargement
induced by local iritation, causing fibrous hyperplasia. Treatment choices for
this case were excision and gingivectomy. 23 years old female who have been
diagnosed by gingival enlargement on right mandible’s lateral incisive, caninus
and first right premolar reported on this paper. On the initial fist therapy,
scaling, polishing and dental health education was done. On a follow-up after 1
week, the patient had persistent gingival enlargement on the same regio.
Treatment planning by excision and gingivectomy has been decided. Gingivectomy
procedure including administration of pehacaine by infiltration, excision,
irigation, scaling and curretage, gingival recounturing, aplication of
periodontal pack and medication was done on the next visit. Specimen of
gingival excision was sent to laboratory for histopathological examination. A week later, the patient sheduled
for the next follow-up. Subjective examination on the follow-up revealed that
the patient still expoeriencing post-surgical pain. Objective examination
revealed there was gingival margin reduction and erithematous, but no more
gingival enlargement detected on the same regio. Patient were follow up five
month later and has no complain. Objective examination revealed there was not
enalrgement gingiva and gingival margin reduction, gingiva has pink colour and
stipling.
Keywords: epulis fibromatosa, excision, gingivectomy.
PENDAHULUAN
Epulis
adalah pembengkakan gingiva lokal dan jarang merupakan neoplasma.1 Epulis
merupakan pertumbuhan gingiva secara lokal, memiliki ciri khas yang dimulai
dari papila interdental.2 Macam-macam epulis yaitu granuloma
piogenikum merupakan granuloma pada masa kehamilan, epulis fibromatosa atau
disebut juga fibrous hyperplasia, calcifying fibroblastic granuloma,
peripheral giant cell granuloma, epulis fissuratum atau disebut juga denture
hyperplasia.6 Epulis fibromatosa berasal dari iritasi lokal
gingiva, yang menimbulkan hiperplasia fibrous.1 Hiperplasia fibrous
relatif memiliki vaskularisasi yang sedikit, memiliki tekstur permukaan yang
halus dan asimptomatik.2
Epulis fibromatosa adalah respon dari iritasi lokal
kronis akibat adanya bagian dari gigi yang tajam atau adanya kalkulus subgingiva.3,9 Epulis
fibromatosa merupakan kasus yang sering ditemukan.1 Epulis
Fibromatosa sering dijumpai pada orang dewasa terutama pada gingiva, bibir dan
mukosa bagian bukal. Lokasi lainnya yang umum terjadi yaitu pada perbatasan
lidah bagian lateral.4 Secara klinis epulis fibromatosa terlihat sebagai
pembengkakan lokal pada gingiva yang dimulai dari interdental papila regio gigi
depan, keras dan berwarna pink kemerahan.1 Epulis fibromatosa tidak
memberikan rasa sakit, akan tetapi dapat mengganggu estetik dan pengunyahan
saat makan.5 Gambaran histopatologis,
epitelium dapat tetap utuh, hiperkeratosis atau menunjukkan ulserasi. Epitelium
melapisi massa padat yang terdapat pada lapisan bawah, jaringan penghubung yang
fibros tersusun oleh sejumlah serat kolagen dengan gambaran mirip jaringan
parut.4 Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah biopsi
eksisional dan radiografi.1 Penatalaksanaan pada epulis fibromatosa meliputi eksisi dan recounturing
gingiva (gingivektomi).3 Tahapan dari penatalaksanaan pada
epulis fibromatosa meliputi membuang semua iritatan lokal, eksisi jaringan,
scaling dan kuretase, pemakaian periodontal pack dan instruksi kepada
pasien untuk menjaga oral hygiene selama di rumah.7
LAPORAN
KASUS
Seorang wanita 23 tahun datang
ke Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta mengeluhkan terdapat
benjolan besar pada gusi depan rahang bawahnya dan ingin dirawat. Benjolan pada awalnya kecil,
kemudian membesar dan terasa mengganggu. Pasien merasakan adanya benjolan sejak 1 tahun yang lalu. Menurut keterangan pasien tidak merasakan sakit pada benjolan tersebut
dan belum pernah
memberikan perawatan
apapun. Pasien menyangkal menderita penyakit sistemik. Pasien memiliki alergi
terhadap amoxicilin dan penisilin. Saat ini pasien tidak sedang mengkonsumsi obat dan tidak sedang dalam
perawatan dokter. Hasil pemeriksaan ekstraoral tidak
ditemukan adanya kelainan. Hasil pemeriksaan intraoral terdapat nodul ± 3 cm, immobile, kemerahan, keras, tidak sakit, tidak berdarah saat palpasin pada gingiva regio gigi 42, 43 dan 44, OHI 3,83 (kategori sedang) dan plaque
control record 77,5%. Hasil pemeriksaan radiografi menggunakan
rontgen panoramik tidak ditemukan adanya keterlibatan tulang. Berdasarkan hasil
pemeriksaan klinis dan radiografi
didapatkan diffetential diagnosis berupa enlargement
gingiva dan epulis, sehingga rencana perawatan yang
dilakukan adalah eksisi dan gingivektomi.
A |
B |
C |
D |
E |
F |
G |
Gambar 1. A. Gambar epulis
fibromatosa; B. Gambar rontgen panoramik tidak ditemukan adanya keterlibatan
tulang pada gigi regio 42, 43 dan 44; C. Gambar eksisi gingiva regio gigi 42,
43 dan 44; D. Gambar scaling dan kuretase; E. Gambar spesimen hasil eksisi; F.
Gambar gingiva kontrol pasca gingivektomi satu minggu; G. Gambar gingiva kontrol
pasca gingivektomi lima bulan.
Perawatan gingivektomi dilakukan dengan
persetujuan pasien. Kunjungan pertama dilakukan initial therapy berupa
scaling, polishing dan Dental Health Education (DHE). Hasil kontrol satu minggu kemudian masih terdapat
pembengkakan gingiva, oral
hygiene index (OHI)
yaitu 0,6 (kategori baik) dan plaque control record 15%, sehingga dilakukan corrective
therapy yaitu gingivektomi. Prosedur gingivektomi antara lain anestesi
infiltrasi dengan pehacain, melakukan eksisi, irigasi area kerja dengan larutan
saline, scaling dan kuretase, recountouring gingiva, penutupan area
pembedahan dengan periodontal pack dan pemberian antibiotik ciprofloxacin 500mg 2x1 dan analgesik cataflam 50mg 2x1. Spesimen yang sudah
dieksisi dibawa ke laboratorium untuk pemeriksaan histopatologis.
Hasil
pemeriksaan histopatologis didapatkan bahwa secara makroskopis terdapat
jaringan ukuran 2x1, 5x1 cm, putih kecoklatan dan kenyal. Penampang putih semua
cetak dibelah. Secara mikroskopis menunjukkan bahwa jaringan dilapisi epitel
skuamous kompleks dengan parakeratosis, akantosis dan papilomatosis. Subepitel
didapatkan banyak jaringan fibrosis, jaringan granulasis dan massa miksoid
disebuk sel plasma, limfosit dan makrofag. Didapatkan fibrosis hialinisasi
luas. Tidak didapatkan tanda keganasan. Berdasarkan hasil pemeriksaan
subjektif, objektif dan penunjang dapat disimpulkan bahwa diagnosis untuk
pasien tersebut adalah epulis fibromatosa.
Maintenance therapy dilakukan satu minggu
kemudian dengan mengontrol pasien paska gingivektomi. Hasil pemeriksaan subyektif menunjukkan pasien
masih merasa sedikit nyeri. Hasil pemeriksaan objektif menunjukkan sudah tidak
terdapat enlargement gingiva pada gigi regio 42, 43 dan 44, masih terlihat
penurunan margin gingiva dan warna kemerahan pada area pasca
gingivektomi. Lima bulan kemudian dilakukan kontrol
kembali, pasien sudah tidak memiliki keluhan. Hasil pemeriksaan obyektif
menunjukkan tidak ada pembengkakan gingiva, tidak terdapat penurunan margin
gingiva, gingiva berwarna pink dan memiliki kontur stipling. Hasil pemeriksaan
obyektif menunjukkan tidak ada pembengkakan gingiva, tidak terdapat penurunan
margin gingiva, gingiva berwarna pink dan memiliki kontur stipling.
PEMBAHASAN
Berbagai pembengkakan pada gusi secara
klinis dapat mengarah kepada epulis. Epulis biasanya merupakan hasil dari
hiperplasi gingiva akibat iritasi pada gingiva. Fibrous inflammatory
hyperplasia disebut juga sebagai epulis fibromatosa.5
Epulis fibromatosa adalah lesi yang tidak terasa sakit, akan tetapi dapat
mengganggung estetik dan pengunyahan saat makan.8 Pada tanggal 09
Desember 2016 telah dilakukan perawatan gingivektomi pada epulis fibromatosa di
regio gigi 42, 43 dan 44. Indeks oral hygiene (OHI) pasien termasuk
dalam kategori sedang yaitu 3,83 dan plaque control record sebesar
77,5%. Hasil pemeriksaan klinis didapatkan pembengkakan pada regio gigi 42, 43
dan 44 berbentuk nodule ± 3 cm, immobile, kemerahan, keras, tidak sakit dan
tidak berdarah saat palpasi. Hasil rontgen panoramik tidak ditemukan adanya keterlibatan tulang, sehingga differential diagnosis pada kasus ini
adalah enlargement gingiva dan epulis. Perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya yaitu pemeriksaan histopatologis untuk
menegakkan diagnosis.
Perawatan epulis fibromatosa dilakukan
melalui empat fase terapi yaitu initial therapy, corrective therapy dan
maintenance therapy.11 Initial therapy dilakukan pada
kunjungan pertama yaitu dengan scaling, polishing dan dental health education
(DHE). Corrective therapy dilakukan satu minggu kemudian dengan
melakukan gingivektomi. Prosedur gingivektomi antara lain anestesi infiltrasi
menggunakan pehacain, eksisi jaringan, irigasi area kerja dengan larutan
saline, scaling dan kuretase, recountouring gingiva, penutupan area
pembedahan dengan periodontal pack dan medikasi.2 Biopsi
eksisional dilakukan untuk pemeriksaan penunjang. Biopsi eksisional memiliki
keuntungan lebih dari biopsi insisional yaitu dalam sebagian besar kasus lesi
diangkat secara permanen dan tidak tertinggal sebagai suatu kecemasan yang
terus menerus dari pasien maupun dokter gigi.7 Prognosis dari kasus
ini adalah baik karena tidak ada keterlibatan tulang, oral hygiene terkontrol,
perdarahan saat gingivektomi terkontrol, tidak ada faktor sistemik dan pasien
kooperatif.11
Spesimen
dibawa ke laboratorium untuk pemeriksaan histopatologis. Hasil pemeriksaan histopatologis
didapatkan bahwa secara makroskopis terdapat jaringan ukuran 2x1, 5x1 cm, putih
kecoklatan dan kenyal. Penampang putih semua cetak dibelah. Secara mikroskopis
menunjukkan bahwa jaringan dilapisi epitel skuamous kompleks dengan
parakeratosis, akantosis dan papilomatosis. Subepitel didapatkan banyak
jaringan fibrosis, jaringan granulasis dan massa miksoid disebuk sel plasma,
limfosit dan makrofag. Didapatkan fibrosis hialinisasi luas. Tidak didapatkan
tanda keganasan. Berdasarkan hasil pemeriksaan subjektif, objektif dan
penunjang dapat disimpulkan bahwa diagnosis untuk kasus ini adalah epulis
fibromatosa.
Maintenance
therapy
kemudian dilakukan satu minggu kemudian dengan kontrol pasca perawatan
gingivektomi. Hasil pemeriksaan subyektif didapatkan bahwa pasien masih terasa
sedikit nyeri saat obat habis. Hasil pemeriksaan obyektif sudah tidak terdapat
nodul pada regio gigi 42, 43 dan 44. Masih terlihat penurunan margin gingiva
dan warna kemerahan pada area pasca gingivektomi. Hal ini normal terjadi karena
masih dalam fase proliferasi. 12-24 jam setelah gingivektomi, sel epitel
pinggiran luka mulai migrasi ke atas jaringan granulasi. Epitelisasi permukaan
pada umumnya selesai setelah 5-14 hari. Selama 4 minggu pertama setelah
gingivektomi keratinisasi akan berkurang, keratinisasi permukaan mungkin tidak
tampak hingga hari ke 28-42 setelah gingivektomi. Repair epithel selesai
sekitar satu bulan, repair jaringan ikat sekitar 7 minggu setelah gingivektomi.
Vasodilatasi dan vaskularisasi mulai berkurang setelah keempat penyembuhan dan
tampak hampir normal pada hari keenam belas. enam minggu setelah gingivektomi,
gingiva tampak sehat, berwarna merah muda dan kenyal.10 Kontrol
pasca perawatan gingivektomi dilakukan lima bulan kemudian. Hasil pemeriksaan
subyektif menunjukkan pasien sudah merasa nyaman dan tidak memiliki keluhan.
Hasil pemeriksaan obyektif menunjukkan tidak ada pembengkakan gingiva, tidak
terdapat penurunan margin gingiva, gingiva berwarna pink dan memiliki kontur
stipling.
KESIMPULAN
Perawatan gingivektomi pada kasus epulis
fibromatosa sudah dilaksanakan sesuai dengan treatment planing dan
prognosis. Kontrol gingivektomi lima bulan kemudian menunjukkan keadaan gingiva
kembali sehat dan normal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Scully, C., Cawson R.A., 2012, Atlas Bantu Kedokteran Gigi: Penyakit Mulut,
Hipokrate, Jakarta.
2. Choudari, P., Kamble,
P., Jadhav, A.,
Gingival Epulis: Report of Two Cases, Journal of Dental
and Medical Sciences, 2013, Vol. 7 (3): 40-44.
3. Dabholkar, J., Vora, K.,
Sikdar, A., Giant Fibrous Epulis, Indian J. Otolaryngol. Head Neck Surg, 2008,
60: 69-71.
4. Dwiretno, T., Kusbandini, R., Sitanggang, A.S., Kemal,
Y., 2001, Fibrous Epulis and Pyogenic Granuloma in The Dental Regions of The
Teeth with Occlusal Interference, Dent. J, 778.
5. Sumarta, N.P., Kamadjaja, D.B., 2009, Fibrous Epulis
Associated with Impacted Lower Right Third Molar, Dent.J., 42(4): 172-174.
6. Laskaris, G., 2014,
Atlas Saku Penyakit Mulut, Edisi 2, EGC, Jakarta.
7. Lynch, M.A., Brightman, V.J., Greenberg, M.S., 2008, Burket’s
Oral Medecine, Edisi 8, BC Decker, Halminton.
8. Manson, J.D. dan Eley, B.M., 2004, Buku Ajar
Periodonti, ed 2, Hipocrates, Jakarta.
9. Laura,
M., David, A.M., Lorna, M., 2015, Kedokteran Gigi Klinik, Edisi 5,
Jakarta: EGC.
10. Ruhadi,
I.,
Aini,
I., Kekambuhan Gingivitis Hiperplasi Setelah Gingivektomi, Dent. J., 2005,
Vol. 38 (3):
108-111.
11. Newman, Takei, Klokkevold, Carranza, 2012, Carranza’s
Clinical Periodontology, ed 11, Elsevier, Amsterdam.
0 komentar:
Posting Komentar