Kamis, 31 Maret 2016

Abnormalitas Jumlah Gigi



Abnormalitas jumlah gigi dibagi menjadi anodonsia, hipodonsia (oligodonsia) dan hiperdonsia. Anodonsia adalah tidak adanya seluruh gigi (anodonsia total). Hal ini jarang terjadi, lebih sering anodonsia sebagian. Tanda klinis dari anodonsia adalah gigi tidak tampak pada rahang padahal menurut usia seharusnya sudah tumbuh. Bila dilakukan foto rontgen tidak terlihat gambaran gigi terbenam, impaksi ataupun benih gigi. bila ternyata pada foto rontgen terdapat gigi atau benih gigi, maka kelainan tersebut disebut Pseudoanodonsia. Rencana perawatan yang dapat dilakukan adalah pembuatan gigi tiruan lepasan. Khusus untuk pasien anak, gigi tiruan diganti secara teratur sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Hipodonsia (oligodonsia) adalah hilangnya perkembangan satu atau beberapa gigi. Prevalensi pada gigi desidui adalah 0,1-0,9% dan pada gigi permanen 3,5-6,5%. Terjadi lebih banyak pada perempuan dibandingkan laki-laki, sering kali disertai dengan ukuran gigi yang lebih kecil dibanding rata-rata ukuran gigi normal.
Hiperdonsia atau sering disebut dengan supernumerary teeth adalah keberadaan gigi yang secara normal tidak ada. Hiperdonsia disebabkan oleh berlanjutnya pembentukan benih gigi, proliferasi sel yang berlebih dan keturunan. Prevalensi pada gigi susu 0,8% dan gigi permanen 2%. Paling sering terjadi pada regio premolar dan lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Rencana perawatan yang dapat dilakukan adalah orthodontik atau ekstraksi bila hiperdonsia mengganggu.
Kasus berikut merupakan pasien hipodonsia (oligodonsia) pada gigi kaninus. Pasien berusia 13 tahun dengan jenis kelamin perempuan.



Gb. Hipodonsia
              (sumber: pribadi)





Gb. RO hipodonsia
(sumber: pribadi)