Abnormalitas
jumlah gigi dibagi menjadi anodonsia, hipodonsia (oligodonsia)
dan hiperdonsia. Anodonsia adalah tidak adanya seluruh gigi (anodonsia
total). Hal ini jarang terjadi, lebih sering anodonsia sebagian. Tanda
klinis dari anodonsia adalah gigi tidak tampak pada rahang padahal
menurut usia seharusnya sudah tumbuh. Bila dilakukan foto rontgen tidak
terlihat gambaran gigi terbenam, impaksi ataupun benih gigi. bila ternyata pada
foto rontgen terdapat gigi atau benih gigi, maka kelainan tersebut disebut Pseudoanodonsia.
Rencana perawatan yang dapat dilakukan adalah pembuatan gigi tiruan lepasan.
Khusus untuk pasien anak, gigi tiruan diganti secara teratur sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Hipodonsia
(oligodonsia) adalah hilangnya
perkembangan satu atau beberapa gigi. Prevalensi pada gigi desidui adalah
0,1-0,9% dan pada gigi permanen 3,5-6,5%. Terjadi lebih banyak pada perempuan
dibandingkan laki-laki, sering kali disertai dengan ukuran gigi yang lebih
kecil dibanding rata-rata ukuran gigi normal.
Hiperdonsia atau sering disebut dengan supernumerary teeth adalah
keberadaan gigi yang secara normal tidak ada. Hiperdonsia disebabkan
oleh berlanjutnya pembentukan benih gigi, proliferasi sel yang berlebih dan
keturunan. Prevalensi pada gigi susu 0,8% dan gigi permanen 2%. Paling sering
terjadi pada regio premolar dan lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada
perempuan. Rencana perawatan yang dapat dilakukan adalah orthodontik atau ekstraksi
bila hiperdonsia mengganggu.
Kasus berikut
merupakan pasien hipodonsia (oligodonsia) pada gigi kaninus. Pasien
berusia 13 tahun dengan jenis kelamin perempuan.